Beranda | Artikel
Khutbah Jumat: Sabar Adalah Jalan Kemenangan
Selasa, 9 September 2025

Khutbah Jumat: Sabar Adalah Jalan Kemenangan ini merupakan rekaman khutbah Jum’at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada 6 Rabiul Awwal 1447 H / 29 Agustus 2025 M.

Khutbah Jumat Pertama: Sabar Adalah Jalan Kemenangan

لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ…

“Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (QS. Yusuf [12]: 111)

Di antara kisah yang Allah ceritakan adalah kisah Nabi Musa dengan Firaun. Allah sebutkan dalam surah Al-A‘raf ayat 127–137. Para pembesar Firaun berkata:

أَتَذَرُ مُوسَىٰ وَقَوْمَهُ لِيُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَيَذَرَكَ وَآلِهَتَكَ ۚ قَالَ سَنُقَتِّلُ أَبْنَاءَهُمْ وَنَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ وَإِنَّا فَوْقَهُمْ قَاهِرُونَ

“Apakah engkau (Firaun) akan membiarkan Musa dan kaumnya berbuat kerusakan di bumi dan meninggalkan engkau beserta tuhan-tuhanmu? Firaun menjawab, ‘Akan kita bunuh anak-anak laki-laki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-perempuan mereka, dan sesungguhnya kita berkuasa penuh atas mereka.`” (QS. Al-A‘raf [7]: 127)

Sebuah hukum yang sangat kejam, tidak ada raja yang lebih kejam daripada ini. Nabi Musa ‘Alaihis Salam kemudian berkata kepada kaumnya:

اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا ۖ إِنَّ الْأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۖ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah. Sesungguhnya bumi ini kepunyaan Allah, diwariskan-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A‘raf [7]: 128)

Bani Israil sempat mengadu bahwa mereka tetap disakiti meskipun Musa telah datang. Namun Nabi Musa menghibur mereka dengan janji Allah bahwa Firaun dan pengikutnya akan dihancurkan. Hingga akhirnya, Allah benar-benar menenggelamkan Firaun dan mewariskan bumi kepada Bani Israil. Allah berfirman:

وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا ۖ وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَىٰ عَلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا ۖ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ

“Dan Kami wariskan kepada kaum yang tertindas itu bagian timur bumi dan bagian baratnya yang telah Kami berkahi. Dan telah sempurnalah kalimat Rabbmu yang baik (janji-Nya) untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Firaun dan kaumnya, dan apa yang telah mereka bangun.” (QS. Al-A‘raf [7]: 137)

Firaun bahkan mengaku sebagai tuhan: “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. An-Nazi‘at [79]: 24)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga telah mengabarkan bahwa kelak akan muncul pemimpin-pemimpin yang lebih mementingkan dirinya sendiri dan menelantarkan rakyatnya. Beliau bersabda:

إِنَّهَا سَتَكُونُ بَعْدِي أَثَرَةٌ وأُمُورٌ تُنْكِرُونَها!»، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، فَمَا تَأْمُرُنَا؟ قَالَ: «تُؤَدُّونَ الْحَقَّ الَّذِي عَلَيْكُمْ، وَتَسأَلُونَ اللهَ الَّذِي لَكُمْ»

“Sesungguhnya akan ada setelahku pemimpin-pemimpin yang lebih mementingkan diri sendiri (atsarah) dan ada perkara-perkara yang kalian ingkari.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, maka apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Beliau bersabda, “Tunaikanlah hak yang menjadi kewajiban kalian, dan mintalah kepada Allah hak kalian.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini memang terasa berat bagi kita, saudaraku seiman. Sebab, ketika menghadapi pemimpin yang zalim, kita tetap diperintahkan untuk melaksanakan hak mereka, sementara hak kita diperintahkan untuk kita mintakan langsung kepada Allah.

Namun, sebagai orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kita yakin bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak mungkin berbicara dari hawa nafsu. Karena itu, sikap kita adalah سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا — “Kami dengar dan kami taat.” Kita berusaha menjalankan titah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dengan penuh keyakinan dan ketaatan.

Beliau juga bersabda:

مَنْ رَأَى مِنْ أَمِيرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِرْ

“Barangsiapa melihat sesuatu yang ia benci dari pemimpinnya, maka hendaklah ia bersabar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kesabaran di sini bukan berarti ridha terhadap kezaliman mereka, tetapi karena melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya. Tidak mungkin Allah dan Rasul-Nya memerintahkan kesabaran dalam menghadapi pemimpin zalim kecuali karena terdapat maslahat besar dan untuk menolak mudarat yang lebih besar.

Khutbah Jumat Kedua: Makna Islam

Barangkali ada yang berkata, “Sampai kapan kita akan sabar?” Imam Muslim meriwayatkan dalam Shahih-nya ketika Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengabarkan akan muncul pemimpin-pemimpin yang lebih mementingkan dirinya daripada rakyatnya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

فَاصْبِرُوا حَتَّى تَلْقَوْنِي عَلَى الْحَوْضِ

“Sabarlah kalian sampai berjumpa denganku di telaga Haud.” (HR. Muslim)

Berarti kesabaran itu sampai ajal menjemput, saudaraku seiman. Hadits ini juga memberikan ancaman, bahwa bila tidak bersabar lalu memilih untuk memberontak, maka tidak akan berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di telaga Haud.

Inilah pelajaran yang bisa kita petik. Kita diperintahkan untuk bersabar, karena kezaliman pemimpin merupakan akibat dari kezaliman rakyat. Allah berfirman:

وَكَذَلِكَ نُوَلِّي بَعْضَ الظَّالِمِينَ بَعْضًا بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

“Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang zalim itu menjadi pemimpin yang zalim juga bagi sebagian yang lain, disebabkan apa yang mereka perbuat.” (QS. Al-An’am [6]: 129)

Bila menginginkan pemimpin yang adil, rakyat pun harus adil. Oleh karena itu, Abdul Malik bin Marwan pernah berkata kepada rakyatnya, “Wahai rakyatku, bersikap adillah kalian kepadaku. Kalian menginginkan aku berlaku seperti Umar bin Khattab, tetapi kalian tidak seperti rakyatnya Umar bin Khattab.”

Allah Mahaadil, saudaraku. Keadilan Allah tampak dalam pemimpin yang diberikan kepada suatu kaum. Karena pemimpin adalah cermin dari bangsanya. Bangsa yang mencintai keadilan pasti Allah karuniakan pemimpin yang adil. Sebaliknya, bangsa yang mencintai kezaliman akan Allah kuasakan kepada mereka pemimpin yang zalim.

الْجَزَاءُ مِنْ جِنْسِ الْعَمَلِ

“Balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya.”

Demi Allah, bila rakyat Indonesia benar-benar bersyukur kepada Allah dan tidak kufur, niscaya Allah akan memberikan kepada mereka pemimpin yang adil dan dicintai-Nya.

Download mp3 Khutbah Jumat: Sabar Adalah Jalan Kemenangan

Jangan lupa untuk ikut membagikan link download “Khutbah Jumat: Sabar Adalah Jalan Kemenangan” ini kepada saudara Muslimin kita baik itu melalui Facebook, Twitter, atau yang lainnya. Semoga menjadi pembukan pintu kebaikan bagi kita semua.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/55518-khutbah-jumat-sabar-adalah-jalan-kemenangan/